5 Tips
kesehatan a’la Rasulullah Saw
Assalamu’alaykum Warahmatullah ..
Sepertinya setahu kita, Rasulullah hanya dua
kali sakit. yaitu tatkala menerima wahyu pertama. ketika itu beliau mengalami
ketakutan yang sangat karena malaikat jibril menampakkan wujud aslinya sehingga
menimbulkan demam hebat. Yang satunya lagi menjelang beliau wafat.Saat itu
beliau mengalami sakit yang sangat parah, hingga akhirnya meningg
Dari situ kita bisa mengambil kesimpulan bahwasanya Rasulullah mempunyai fisik sehat dan daya tahan luar biasa. padahal kita tau di jazirah Arab sana cuacanya sangat panas, tandus dan kurang bersahabat. Siapa pun yang mampu bertahan puluhan tahun dalam kondisi tersebut, plus berpuluh kali peperangan yang dijalaninya, pastilah memiliki daya tahan tubuh yang hebat.
Mengapa Rasulullah SAW jarang sakit? Pertanyaan ini menarik untuk dikemukakan. Secara lahiriah, Rasulullah SAW jarang sakit karena mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan penyakit. Dengan kata lain, beliau sangat menekankan aspek pencegahan daripada pengobatan. Jika kita telaah Alquran dan Sunnah, maka kita akan menemukan sekian banyak petunjuk yang mengarah pada upaya pencegahan. Hal ini mengindikasikan betapa Rasulullah SAW sangat peduli terhadap kesehatan. Dalam Shahih Bukhari saja tak kurang dari 80 hadis yang membicarakan masalah ini. Belum lagi yang tersebar luas dalam kitab Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Tirmidzi, Baihaqi, Ahmad, dsb.
Ada lima cara Rasulullah menjaga kesehatan
Dari situ kita bisa mengambil kesimpulan bahwasanya Rasulullah mempunyai fisik sehat dan daya tahan luar biasa. padahal kita tau di jazirah Arab sana cuacanya sangat panas, tandus dan kurang bersahabat. Siapa pun yang mampu bertahan puluhan tahun dalam kondisi tersebut, plus berpuluh kali peperangan yang dijalaninya, pastilah memiliki daya tahan tubuh yang hebat.
Mengapa Rasulullah SAW jarang sakit? Pertanyaan ini menarik untuk dikemukakan. Secara lahiriah, Rasulullah SAW jarang sakit karena mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan penyakit. Dengan kata lain, beliau sangat menekankan aspek pencegahan daripada pengobatan. Jika kita telaah Alquran dan Sunnah, maka kita akan menemukan sekian banyak petunjuk yang mengarah pada upaya pencegahan. Hal ini mengindikasikan betapa Rasulullah SAW sangat peduli terhadap kesehatan. Dalam Shahih Bukhari saja tak kurang dari 80 hadis yang membicarakan masalah ini. Belum lagi yang tersebar luas dalam kitab Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Tirmidzi, Baihaqi, Ahmad, dsb.
Ada lima cara Rasulullah menjaga kesehatan
Pertama,
selektif terhadap makanan. Tidak ada makanan yang masuk ke mulut beliau,
kecuali makanan tersebut memenuhi syarat halal dan thayyib (baik). Halal
berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu halal cara mendapatkannya dan halal
barangnya. Sedangkan thayyib berkaitan dengan urusan duniawi, seperti
baik tidaknya atau bergizi tidaknya makanan yang dikonsumsi. Salah satu makanan
kegemaran Rasul adalah madu. Beliau biasa meminum madu yang dicampur air untuk
membersihan air lir dan pencernaan. Rasul bersabda, “Hendaknya kalian
menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan Alquran” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).
Kedua, tidak makan sebelum
lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Aturannya, kapasitas perut dibagi ke
dalam tiga bagian, yaitu sepertiga untuk makanan (zat padat), sepertiga untuk
minuman (zat cair), dan sepertiga lagi untuk udara (gas). Disabdakan. ”Anak
Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah
bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak
ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk
makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR
Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Ketiga,
makan dengan tenang, tumaninah, tidak tergesa-gesa, dengan tempo sedang. Apa
hikmahnya? Cara makan seperti ini akan menghindarkan tersedak, tergigit, kerja
organ pencernaan pun jadi lebih ringan. Makanan pun bisa dikunyah dengan lebih
baik, sehingga kerja organ pencernaan bisa berjalan sempurna. Makanan yang
tidak dikunyah dengan baik akan sulit dicerna. Dalam jangka waktu lama bisa
menimbulkan kanker di usus besar.
Keempat,
cepat tidur dan cepat bangun. Beliau tidur di awal malam dan bangun pada
pertengahan malam kedua. Biasanya, Rasulullah SAW bangun dan bersiwak, lalu
berwudhu dan shalat sampai waktu yang diizinkan Allah. Beliau tidak pernah
tidur melebihi kebutuhan, namun tidak pula menahan diri untuk tidur sekadar
yang dibutuhkan. Penelitian Daniel F Kripke, ahli psikiatri dari Universitas
California menarik untuk diungkapkan. Penelitian yang dilakukan di Jepang dan
AS selama 6 tahun dengan responden berusia 30-120 tahun mengatakan bahwa orang
yang biasa tidur 8 jam sehari memiliki resiko kematian yang lebih cepat. Sangat
berlawanan dengan mereka yang biasa tidur 6-7 jam sehari. Nah, Rasulullah SAW
biasa tidur selepas Isya untuk kemudian bangun malam. Jadi beliau tidur tidak
lebih dari 8 jam.
Cara tidurnya pun sarat makna. Ibnul Qayyim Al Jauziyyah
dalam buku Metode Pengobatan Nabi mengungkapkan bahwa Rasul tidur dengan
memiringkan tubuh ke arah kanan, sambil berzikir kepada Allah hingga matanya
terasa berat. Terkadang beliau memiringkan badannya ke sebelah kiri sebentar,
untuk kemudian kembali ke sebelah kanan. Tidur seperti ini merupakan tidur
paling efisien.
Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk memulai tidur dalam
posisi miring ke arah kanan. Hm, kenapa tidur harus miring ke arah kenan dan
bukan ke kiri? Jawaban tepatnya hanya Allah SWT dan Rasul-Nya yang mengetahui.
Namun demikian, rupanya alasan-alasannya dapat dihubungkan dengan ilmu
pengetahuan lho! Nah, berdasarkan tinjauan anatomi dan fisiologi, manfaat tidur
dengan posisi miring ke arah kanan adalah sebagai berikut. Check it out!
1. Mengistirahatkan Otak Sebelah Kiri
Secara anatomi, otak manusia terbagi menjadi 2, yaitu otak
kanan dan otak kiri. Bagian kanan adalah otak kanan yang mempersarafi organ
tubuh sebelah kiri dan sebaliknya. Umumnya, umat muslim menggunakan organ tubuh
bagian kanan sebagai anggota tubuh yang dominan dalam beraktifitas, seperti
makan, minum, menulis, memegang sesuatu, dan sebagainya. Dengan tidur dengan
posisi miring ke arah kanan, maka otak bagian kiri yang mempersarafi segala
aktifitas tubuh bagian kanan akan terhindar dari bahaya yang timbul akibat
sirkulasi yang melambat saat tidur (diam). Bahaya tersebut meliputi pengendapan
bekuan darah, lemak, asam sisa oksidasi, dan peningkatan kecepatan
aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Sehingga jika seseorang
berisiko terkena stroke, maka yang berisiko adalah otak bagian kanan dengan
akibat kelumpuhan pada sebelah kiri (bagian yang tidak dominan).
2. Mengurangi Beban Jantung
Posisi tidur ke sebelah kanan yang rata memungkinkan cairan
tubuh (darah) terdistribusi merata dan terkonsentrasi di sebelah kanan (bawah).
Hal ini akan menyebabkan beban aliran darah yang masuk dan keluar jantung akan
lebih rendah. Dampak posisi ini adalah denyut jantung menjadi lebih lambat,
tekanan darah pun akan cenderung menurun. Kondisi semacam ini akan membantu
meningkatkan kualitas tidur.
3. Mengistirahatkan Lambung
Lambung manusia berbentuk seperti tabung berbentuk koma
dengan ujung katup keluaran menuju usus menghadap ke arah kanan bawah. Jika
seseorang tidur ke sebelah kiri, maka proses pengeluaran chyme (makanan yang
telah dicerna lambung) menjadi sedikit terganggu. Hal ini akan menghambat
proses pengosongan lambung. Tetapi untuk menetralkan semua, maka Rasulullah
kadang tidur kea rah kiri untuk sebentar saja.
4. Mengistirahatkan Pengosongan Kandung Empedu dan Pankreas
Adanya aliran chyme yang lancar akan menyebabkan keluaran
cairan empedu juga meningkat. Hal ini akan mencegah pembentukan batu kandung
empedu. Keluaran getah pankreas juga akan meningkat dengan posisi miring ke
kanan.
5. Meningkatkan Waktu Penyerapan Zat Gizi
Saat tidur pergerakan usus meningkat. Dengan posisi miring
ke kanan, makan perjalanan makanan yang telah tercerna dan siap diserap akan
menjadi lebih lama. Hal ini disebabkan posisi usus halus hingga usus besar ada
di bawah. Waktu yang lama selama tidur memungkinkan penyerapan dapat optimal.
6. Merangsang Buang Air Besar
Dengan tidur miring ke sebelah kanan, proses pengisian usus
besar sigmoid (sebelum anus) akan lebih cepat penuh. Jika sudah penuh, maka
akan merangsang gerak usus besar diikuti relaksasi dari otot anus sehingga
mudah buang air besar.
7. Mengistirahatkan Kaki Kiri
Pada orang dengan pergerakan kanan, secara ergonomis guna
menyeimbangkan posisi saat beraktivitas cenderung menggunakan kaki kiri sebagai
pusat pembebanan. Sehingga kaki kiri cenderung lebih merasa pegal daripada kaki
kanan. Apalagi kaki berada pada posisi bawah yang aliran darah baliknya
cenderung rendah atau lambat. Jika tidur miring ke kanan, maka pengosongan vena
kaki kiri akan lebih cepat sehingga rasa pegal lebih cepat hilang.
Nah, Subhanallah sekali ya, rahasia sunnah Rasulullah?
Ternyata memang hampir semua yang beliau kerjakan, tak hanya berupa ibadah
saja, bahkan akan berdampak baik untuk kesehatan. Hikmah lainnya, tidur dengan
miring ke kanan menyebabkan beliau lebih mudah bangun untuk shalat malam.
Kelima,
istiqomah melakukan saum sunnah, di luar shaum Ramadhan. Karena itu, kita
mengenal beberpa saum sunnat yang beliau anjurkan, seperti Senin Kamis, ayyamul
bith, shaum Daud, shaum enam hari di bulan Syawal, dsb. Shaum adalah
perisai terhadap berbagai macam penyakit jasmani maupun ruhani. Pengaruhnya
dalam menjaga kesehatan, melebur berbagai berbagai ampas makanan, manahan diri
dari makanan berbahaya sangat luar biasa. Saum menjadi obat penenang bagi
stamina dan organ tubuh sehingga energinya tetap terjaga. Saum sangat ampuh
untuk detoksifikasi (pembersihan racun) yang sifatnya total dan menyeluruh.
Selain lima cara hidup sehat ini, masih banyak kebiasaan
Rasulullah SAW yang layak kita teladani. Dalam buku Jejak Sejarah Kedokteran
Islam, Dr Ja’far Khadem Yamani mengungkapkan lebih dari 25 pola hidup Rasul
berkait masalah kesehatan, sebagian besar bersifat pencegahan. Di antaranya
cara bersuci, cara ”memanjakan” mata, keutamaan berkhitan, keutamaan senyum,
dsb.
Yang tak kalah penting dari ikhtiar lahir, Rasulullah sangat
mantap dalam ibadah ritualnya, khususnya dalam shalat. Beliau pun memiliki
keterampilan paripurna dalam mengelola emosi, pikiran dan hati.
Penelitian-penelitian terkini dalam bidang kesehatan membuktikan bahwa
kemampuan dalam memenej hati, pikiran dan perasaan, serta ketersambungan yang
intens dengan Dzat Yang Mahatinggi akan menentukan kualitas kesehatan
seseorang, jasmani maupun ruhani.
Semoga manfaat (:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar