Selasa, 09 Juli 2013

Niikmatnya Bersyukur


“Nikmatnya Bersyukur”

Rasa bersyukur terhadap apa yang di berikan kepada kita dari Allah adalah bagian  dari ketakwaan kita kepada-Nya, namun kebanyakan orang yang tidak pernah mensyukuri dam memuji Allah atas nikmat air dingin yang bersih dan segar, ia akan lupa kepada-Nya jika mendapatkan istana yang indah, kendaraan yang mewah dan jabatan tinggi dengan segala fasilitasnya.

Orang yang tidak pernah bersyukur dan bahkan kufur akan nikmatnya, tidak akan bisa membedakan antara yang sedikit dan yang banyak. Tapi ironisnya, tak jarang orang-orang seperti itu yang pernah berjanji kepada Allah bahwa ketika nanti Allah menurunkan nikmat kepadanya dan menyirami mereka dengan nikmat-nikmat-Nya, maka mereka akan bersyukur, memberi dan bersedekah. Dan di antara mereka ada orang telah berikrar kepada Allah,

“Sesunnguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS.At-Taubah : 75-76).

Setipa hari kita banyak melihat orang semacam itu. Hatinya hampa, fikirannya kotor, perasaannya kosong, bahkan cenderung berfikir bahwa Allah tidak memperhatikan dia dan berperasangka tidak baik kepada Allah SWT (su’udzan).

“ Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka! Karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa.” (Al-Hujurat: 12).

Dia mengucapkan itu ketika dalam keadaan badan sangat sehat dan serba kecukupan, dalam kemudahan yang baru seperti itu saja , dia sudah tidak bersyukur. Lalu bagaimana jika harta yang melimpah dan rumah yang megah, kendaraannya yang mewah dan jabatan tingginya yang telah menyita waktu? Yang pasti dia akan lebih lalai dalam melaksanakan ibadahnya kepada Rabbnya

Orang yang bertelanjang kaki, karena tidak mempunyai alas kaki mengatakan “ Saya akan bersyukur jika Rabbnya memberiku sepasang sepatu.” Tapi orang yang telah memiliki sepatu akan menangguhkan syukurnya sampai dia mendapatkan sebuah mobil mewah, Astagfirullahal a’zim. ! Kita mendapatkan kenikmatan itu dengan kontan, tapi kita mensyukurinya dengan mencicil dan bahkan menambahkan dengan beberapa syarat. Kita tidak pernah bosan mengajukan keinginan-keinginan kita, tapi perintah Allah uang ada di sekililing kita, lamban sekali dilaksanakannya. Apakah kita masih berhak untuk menuntut lebih banyak dari Allah dengan keadaan kita yang kebanyakan kurang bersyukurdan takabur, bukankah Allah pernah sudah memberikan jaminan kepada kita, bahwa seandainya kita mensyukuri nikmat yang diberikan-Nya, maka Allah akan menambahkannya nikmat-nikmat itu, tapi apabila kita mengingkarinya maka azab Allah amatlah pedih. Wallahu’alam

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar